Dalam hari² terakhir aku berada di sini..
Beberapa hari lalu,
"Koen sido metu tekok kerjoan lawas, do`?"
"Kamu jadi keluar dari kerjaan yg lama, do`?" seorang teman nanya ke aku waktu display barang di tempat kerja baru.
Bingung mo jawab gimana, karna sejatinya aku masih ingin bekerja di TransNet. Meski dengan bayaran ga jelas tapi tetep masih ga bisa ngilangin kenangan tiga tahun hidup dari sini. Hidup yg bener² susah waktu itu, ngejalaninya dengan beberapa teman di setiap sudut rumah ini. Rumah bernaung dengan banyak teman datang pergi entah kemana, tapi toh tetep ada ikatan dengan jaring network dr smua account di social networking site yg aku miliki.
Bukannya mau membandingkan, tapi kalo inget kenangan lama yg terlalu manis pun aku jd mikir dua kali kalo emang mo keluar dari TransNet. Gimana rasanya badan pegel² krn harus membagi kuliah dng dua tempat kerja, pertanyaan dari dosen² yg akhirnya cuman ku jawab dengan senyuman. Sering telat di kerjaan baru, sampe dapet SP [Surat Penghargaan] di bulan pertama kerja. Pun imbas dari pilihanku untuk tetap kerja di sini.
Aku masih belum bisa melepasnya.
Terlebih kalo inget mas titong, as the owner of TransNet, ngasih kelonggaran jadwal kalo aku harus mentingin kerjaan baru and kuliah terlebih dahulu. Pun pengertian owos, yang notabene udah jadi sodara sejak pertama kali kerja di TransNet, yang mo ngalah untuk ganti-n shiftku mulai dini hari dan mesti ninggalin enola ga di keloni semaleman. Akhirnya aku mikir ada banyak orang membantu dari belakang.
Tapi ada hal lain yang harus aku pikirkan. Masalah kuliah yang udah lima tahun ga kelar juga. Pun rencana ke depan kalo inget umur dah smakin tua, dan wejangan dari ibuk dan eang gung yang harus mentingin study-ku terlebih dahulu. Yang membuatku pengen cepet nyelesai-in perkara satu ini, biar lebih plong kalo satu masalah udah selesai. Dan lebih mudah nyusun smua untuk ke depannya.
Jadi, TransNet emang harus ku korbankan?
Sepertinya, tapi aku masih belum bisa menentukan. Meski sebenarnya ada pilihan untuk tetap tinggal ngekost di sini and ga kerja jadi operator lagi. Dengan pilihan itu, aku masih bisa merankul susana yg membuatku nyaman selama tiga tahun lebih berada di sini. Sekaligus menyelamatkan kerjaan baru beserta kuliahku.
Yah, meski aku hanya bisa menunggu momen itu datang. Setidaknya sampai tempat ini selesai di renovasi, menjadi tempat baru dengan income yg lebih memadai bila nantinya ada seseorang yg bisa menggantikan posisiku. Mei bulan depan nanti, semoga TransNet menjadi lebih baik hingga aku bisa tenang meninggalkan kursi itu untuk selamanya...
Semoga..
hidup terus berputar.
ReplyDeletemenuju masa depan temaram menjadi setitik cahaya mungkin
semangat yess..:D
wah bang rido..
ReplyDeletememang susah meninggalkan sesuatu yg sudah lama kita tekuni.. dan kita hadapi..
tapi untk sebuah perkembangan kita harus berani memilih untuk bisa membuat diri kita semakin bermanfaat dan berguna bagi semuanya..
pilihan tak harus menyenangkan bang rido.. tp manfaat yg lebih besar itulah yg harus dipikirkan..
SEMANGAT BANG!!!
@ eko: :D
ReplyDeletemakasih sobat, semangat darimulah aku masih bisa menjalani smua. Juga tulisan yang ingin terus kubagi bersama....
@ omen: ;)
Thanks men, sampai saat ini mungkin aku masih belum bisa melakukan banyak perubahan terhadap hidupku. Tapi orang² di sekitarku, termasuk omen, adalah alasan kuat untuk menuju perubahan itu.. Perubahan yang lebih baik.....
salam kenal ya...
ReplyDeletemus hanya penkhayal yg hanya abstrak belaka..
ReplyDeletedikala fajar datang akupun sirna
dikala senja tiba aku mulai ada
malam dan malam ditemani bintang2 aku ada..
mus hanya bayangan..
hanya mengikuti dikala ada cahaya
dan akan sirna
dikala cahaya tak lagi disekitaran
bang rido.. semua itu ada jalannya
dan disetiap jalan ada rambu2nya
dikala merah berhenti
kuning hati-hati
dan hijau jalanlah kembali
dan jangan lupa
bahwa malaikat polisi dimana-mana
serta jangan lupa juga
preman setan juga tersebar di jalanan sana..
terus semangat mengejar mimpi
tanpa harus meninggalkan iman di hati..
Hmmm.. Semangat trus friend!
ReplyDelete