perjalanan dunia yang semakin kelam
Dengan sisa tenaga yang kupunya, kali ini pelan berjalan di pinggiran trotoar. Sejenak terhenti menyapa langit yang terlihat muram tanpa tarian bintang yang memang jarang kutemukan lebih dari sebulan terakhir, embun kota yang membuat bintang tak lagi ingin menari di antara permukaan langit. Pun begitu juga pada bulan, sinarnya tak lagi tersenyum padaku. Ah, mungkin embun kota sedemikian tebalnya hingga pantulan sinar matahari tak mampu menembus langit malam surabaya.
Apa yang terjadi pada langit malam ini?? Bukankah seperti pemandangan biasanya, ketika kemarau atau penghujanpun juga sama. Atas kemarau, langit seringnya terbalut tabir hitam hasil pembungan asap dari makhluk yang tengah berlindung di bawahnya. Sedangkan tiap penghujan ia terus merenung hingga tak mau menyapa penhuninya yang juga sama saja, tak pernah peduli jika langit ingin menangis. Sekedar menyuarakan apa yang ingin diungkapkan kepada manusia bawa dia, dan alam yang melindunginya sedang menyuarakan keprihatinan. Sebelum datang kemarahan mereka atas apa yang manusia lakukan. Itu saja, sepertinya.
Ah, kenapa aku menjadi terlalu sok tahu apa yang sedang dibicarakan langit malam ini. Bahwa sebenarnya aku juga sedang merusaknya, mengotori bumi, murka hingga ingin menebang smua pohon di dunia karna kebutuhan kertas yang semakin meninkat, atau sebagai kayu bakar karna minyak tak lagi mampu terbeli. Atau apa yang kulakukan setiap hari dengan membuang sampah semaunya karna tak berkewajiban menjaga, toh sudah ada dinas kebersihan kota yang akan menyapu puntung rokok yang baru saja ku buang di jalan. Bukan salahku jika kota, ataupun dunia semakin kotor karna pemerintah-lah yang berkewajiban menjaganya. Peduli setan.
Ah, biarlah..
Toh bukan aku saja yang telah merusak dunia, karna mereka juga melakukannya.
Soerabaya, April 22, 2009
untuk bumi, maafkan aku....
CountDown to EarthDay 6, image by fae13.deviantart.com
dunia makin kelam aja :|
ReplyDeletesepertinya,,
ReplyDeleteatau hanya aku yang terlalu mendramatisirnya?? :-/