Kenangan Hujan

Aku baru saja selesai membaca tulisan na tentang hujan. Sedangkan sang hujan belum berhenti mengguyur surabaya. Seperti Utopia yang masih membasahi memoryku tentang hujan, ku putar dua kali untuk mengenangmu ell.

Aku bisa tersenyum sepanjang hari
karena hujan pernah menahanmu disini
untukku - Utopia - Hujan

Tiga minggu yang lalu, seperti hujan kali ini menyiksaku dengan gejala Thypus untuk kedua kalinya. Untuk kedua kalinya aku bertemu dengan dokter yg berbeda, tapi dengan saran yg hampir serupa. Untuk kedua kalinya mengkonsumsi obat²an dengan jumlah dan jenis berbeda, tapi rasa yang hampir sama pahitnya. Damn!

Untuk kedua kalinya juga, penyebab dari hal² menyebalkan di atas adalah gadis manisku. Dia yang memaksaku berangkat ke dokter meski udah tahu kalo aku paling benci sama dokter, dia yang memaksaku meminum obat meski aku tak percaya obat dapat menyembuhkan penyakitku. Tapi aku bersyukur di kala hujan seperti ini, dia juga yang merawatku dengan tulus. Dia juga yang memelukku di saat gerimis membuatku menggigil. Dia yang menangis hingga tak mau pulang sampai tubuhku kembali tenang. Hingga hujan reda ia menutup tubuhku dengan selimut.

Hujan kala itu, salah satu kenangan manis yang akan terus membekas di dalam otakku. Gerimis dan hujan yang memberi alasan untuknya tetap berada di sebelahku, tak menghiraukan sms dari orang² rumahnya untuk cepat pulang. Tak mendengarkan celoteh dari mulutku bahwa aku baik² aja, dia masih tak bergeming dari tempatku berbaring. Duduk di sebelahku, diatas tempat tidur tak berdipan sambil mengusap kepalaku. Mungkin ia sedang berharap aku segera sembuh, setidaknya ia ingin aku menemaninya besok kamis waktu sidang skripsinya.

Ahh, aku mulai menyukai hujan karena sebuah alasan, karena hujan pernah menahanmu di sini.

p.s.
smoga elly lulus di sidang skripsinya
besok hari kamis jam satu siang,

amien.