Tentang Keyakinan

Kemaren kakak saia nulis status kaya nulis postingan di blog, panjuaaang sekali. Berikut cuplikannya;



saya menulis status ini bukan untuk berpolemik panjang,,tapi hanya hasil dari sebuah analisa setelah membaca status seseorang beberapa hari yang lalu di akun facebooknya.. saya tersentil,,analisa saya bukan menghasilkan sebuah kesimpulan, tapi justru menghasilkan banyak pertanyaan keprihatinan.

Saya memang belum pernah mendengar bagaimana bilal mengumandangkan adzan ketika waktu sholat tiba, tapi saya sering mendengar suara adzan yang merdu yang membuat saya takjub dan bertanya siapa muadzin yang mengumandangkan adzan tersebut, tapi juga tidak bertanya sekarang adzan untuk sholat apa karena setiap muslim pasti hafal, dan saya juga pernah mendengar suara sumbang ayah saya mengumandangkan adzan magrib di sebuah masjid dikampung saya ketika saya ada dirumah. Dan menjadi lebih sumbang ketika waktu subuh karena mungkin kekuatannya baru separo pulih dari bangun tidur yang panjang (miss u pae..n hehe.. maaf pak,)

Kemudian saya hidup di sini, sebuah kampung yang lebih ndeso dari kampung kelahiran saya, yang mungkin orang yang bisa ngaji dan bisa benar-benar ‘ngaji’ bisa dihitung dengan jari. ketika hari-hari pertama saya disini, saya bahkan juga terkesima dengan suara muadzin yang mengumandangkan adzan, lima waktu sholat, lima kali adzan, dan lima orang muadzin yang bergantian tiap waktu sholat dengan suara khasnya masing-masing,,bahkan ada seorang anak kecil (sudah sunat/baligh) yang dijadwalkan pada waktu subuh kadang-kadang menggantikan ayahnya,, suatu kali saya sedang main kerumah tetangga (seorang laki-laki yang mengaku sangat beriman) saat itu tiba waktu ashar dan ada suara adzan dimasjid,,muadzin yang sedang mengumandangkan adzan adalah orang yang saya juga hafal bahwa dia akan kehabisan nafas ditengah-tengah adzan, bahkan kadang terbatuk-batuk ketika ditengah nafasnya mengumandangkan adzan. kemudian tetangga dimana saya main tadi menirukan adzannya dengan suara penuh dan lumayan bagus,,sambil kemudian berkomentar; oalah, mas cip , mas cip..opo suarane ki yo ora di ukur? kelakarnya. dalam hati saya beristigfar..menurut anda ALLAH akan memilih mana?suara bagus yang bahkan tidak tergerak untuk ke masjid pada waktu sholat,,atau yang terbatuk-batuk tapi mengumandangkan Adzan di masjid..? entahlah,hanya Allah yang tahu..
dari dua situasi diatas (yang keduanya adalah kisah nyata) saya kemudian menyimpulkan banyak pertanyaan dalam analisa saya..

sebelumnya saya juga akan memberikan satu kisah lagi,,tapi kali ini bukan tentang adzan,,tapi tentang khutbah jumat..
dari sebuah masjid dikampung kelahiran saya, saya selalu mendengarkan khutbah jumat yang dulu pernah disampaikan dengan corong agar terdengar keseluruh kampung tapi sekarang hilang lagi,,mungkin corongnya juga ikut hilang,,jadi ketika saya pulang beberapa bulan yang lalu saya kembali tidak bisa mendengarkan..khutbah itu selalu disampaikan dalam bahasa jawa..yang kadang sulit saya maknai karena kurang begitu fasih berbahasa jawa..kadang saya bertanya pada ibu,arti katanya..terlalu kromo jadi untuk anak yang kebacut gaul seperti saya jadi setengahnya mengerti,,setengahnya lagi saya tidak paham..(semoga yang mendengarnya didalam masjid tidak jadi terkantuk-kantuk dan malah sepenuhnya tidak mengerti)..

kemudian lagi, dari masjid di ‘ndeso’ saya yang sekarang saya tinggal. ada rutinitas unik. kebetulan kampung saya bersebelahan dengan pondok gontor 6 yang sangat megah..(semua orang pasti tahu pondok gontor)..rutinitas itu adalah pada setiap khutbah jumat akan selalu di isi oleh ustad-ustad jebolan pondok tersebut,,warga tidak pernah ada yang mengisi karena sangat tahu diri akan keterbatasannya dalam pengetahuan agama., (mungkin, saya juga tidak tahu) ustad pondok yang notabene datang dari seluruh indonesia dan setiap khutbahnya selalu memakai bahasa indonesia (saya paham rukun khutbah jumat krn dulu pernah ada praktiknya ketika saya kelas 2 smu) jadi yang berbahasa indonesia hanya disampaikan pada khutbah pertama sebelum khotib duduk (gitu ya kira-kira).. dengan corong yang sangat keras sehingga suaranya mungkin bisa didengarkan diseluruh kampung, termasuk saya..krn perempuan tidak ikut sholat dimasjid. saya selalu mendengarkan saat dirumah,,dan pesannya sangat jelas dan sampai ke hati orang yang mendengarnya.. sampai disini mungkin saya berterima kasih krn walaupun tdk ikut sholat tapi tausiahnya bahkan bisa sangat jelas saya pahami..(semoga bapak-bapaknya juga tidak terkantuk-kantuk di dalam masjid)..

yang ketiga, saya pernah melakukan perjalanan dengan suami ke lereng gunung merapi dan beristirahat sejenak disebuah masjid krn kebetulan hari itu hari jumat..suami saya menunaikan kewajiban dan saya hanya menunggu di emper rumah warga disamping masjid. tapi karena khutbah disampaikan juga dengan corong yang sangat keras, jadi saya bisa mendengarkan apa yang disampaikan khotib.. kali ini khutbah juga disampaikan dengan bahasa jawa kromo,,tapi tiap penggalan disampaikan tidak pas pemotongan katanya sehingga saya menyimpulkan bahwa sang khotib mungkin membaca buku.. yang kemudian terdengar sangat janggal dikuping saya adalah ketika sang khotib membaca khutbah kedua,,jangankan tajwid, mungkin membaca kalimat bahasa arabnya saja sudah salah..entah tahsin apa tidak,,saya juga tidak tahu,, ketika sholat dimulai seorang ibu keluar dari rumah tempat saya duduk. kemudian saya sedikit mengobrol.. dari hasil obrolan yang saya lakukan, ternyata sang khotib adalah kepala dusun di kampung tersebut..jumlah warga didusun itu bahkan tidak lebih dari 40 orang.. jadi bisa anda hitung berapa yang sholat dimasjid..dan benar saja..ketika sholat berakhir kurang dari 20 orang keluar dari masjid tersebut..kemudian saya maklum.. this is my country..dengan keterbatasannya,,bahkan orang pintar atau mubaligh pun mungkin enggan datang ke dusun terpencil ini,,
begitu panjang kali lebar status saya ini,,sehingga sama dengan luas deh,, hadehh..
kalo anda yang membacanya sudah bisa membuat kesimpulan dari yang saya sampaikan saya bersyukur,, krn setiap otak pasti punya persepsi, analisa,,bahkan kesimpulan yang berbeda-beda,,dan saya menghargai semua perbedaan itu.. karena pada hakekatnya umat Allah itu diciptakan dengan semua sel saraf yang berbeda, sehingga menghasilkan otak yang berbeda, dengan semua hasil pemikiran dan ciri khas kepribadiannya masing-masing.. tapi Islam menyatukan semua perbedaan itu,, semua kekurangan dan kelebihan disatukan dalam ajaran yang tidak memandang seberapa hebat anda,,apa jabatan anda,,bagaimana rupa dan kerupawanan anda,,tua atau muda anda,,kaya atau miskin anda,, bupati atau anda hanya warga miskin seperti saya,,
bahkan apa kelak Tuhan juga mempertanyakan seberapa bagus anda bersuara ketika adzan,,seberapa bagus anda mengaji sampai ada perlombaan tilawatil Qur’an, seberpa pintar anda berkhutbah sampai ada perlombaan menjadi mubaligh,
.. dimana esensi dari semua itu. TAKWA!

apa juga kualitas sholat anda ditentukan dari lama anda berdiri tapi otak anda menari-nari diatas meja makan,,entahlah,,
karena nilai ibadah itu sejatinya hanya milik Tuhan..
karena menurut persepsi saya pribadi,,ADZAN adalah panggilan khusus untuk umat muslim yang akan melaksanakan sholat,,yang seharusnya tanpa dipanggil sekalipun dia sudah sadar masuknya waktu sholat,,tapi karena kepahaman umat yang kadang-kadang lupa maka suara Adzan digunakan untuk mengingatkan kembali waktunya..
lantas apa Adzan juga bentuk syiar,,entahlah,,?apa ketika anda khutbah jumat dikeraskan dengan corong juga bentuk syiar,,entahlah,, apakah ketika anda seorang muslim anda berjilbab juga syiar..entahlah.. itulah banyak pertanyaan yang membuat saya prihatin..

saya hanya orang awam, yang terbiasa dengan kekurangan sehingga orang tua saya selalu mengajarkan saya untuk menghargai orang bahkan dimulai dari kekurangannya terlebih dahulu. yang bahkan tidak pernah mondok pesantren, juga tidak punya ijasah S.Ag. sehingga kalo kemudian saya salah menafsirkan agama saya, semoga Allah mengampuni saya. dan kalo ada yang menasehati saya dengan kebenaran maka nasehat itu akan saya terima dengan terbuka..
lihatlah ISLAM jangan sebatas daun kelor saja.. lihatlah islam pada kelebihannya, tapi juga lihatlah pada umatnya yang mungkin masih kurang pendidikannya,,siapa yang kemudian bertanggung jawab? PAI di KUA kah, atau itu tanggung jawab kita semua.. yang kurang bisa dibenahi dan dibaguskan,, yang salah bisa dibenarkan,, bukankah islam itu rahmatan lil alamin,, so, dont talk only, do in action.

sekali lagi,, pahamilah,,sejatinya nilai ibadah itu milik Tuhan,,ALLAH SWT.. ketika kita punya rasa paling benar, paling baik, paling bagus ibadahnya diantara yang lain, disanalah benih-benih kesombongan mulai tumbuh,, karena menghargai, menghormati lebih-lebih pada orang yang lebih sepuh itu juga ibadah..saya beristigfar untuk bapak saya semoga Allah mengampuni dosa-dosanya karena suaranya mungkin lebih banyak mengganggu daripada dimaknai sebagai nilai ibadah.. we only human who makes fault anytime.. mari beristigfar,,semoga Allah mengampuni kita atas segala dosa yang pernah kita lakukan.

Ini adalah hasil didikan Bapak saya. Kesimpulan tentang keyakinan itu sejatinya adalah milik setiap individu. Saya jadi ingat cerita percakapan saya dengan seorang atheis yang bertanya tentang keyakinan saya, tapi tidak pada kesempatan kali ini, lain waktu pasti.

Comments

  1. ah elah itu manusia
    mbokyao kalo nulis panjang dibikin paragrap. itu maunya berbagi tapi jadinya berbagi mumet baca, haha
    maap...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Itu kemaren cuman ngetest blockquote kok ternyata ada yg baca...,,
      wkwkwk...,,

      kirain blog saia masih sepi2 aja kang jadi ngga tahu kalo ada pengunjungnya, hehee...,,

      Delete
  2. wah perbedaan emang bikin sedih gan huhuhu

    ReplyDelete
    Replies
    1. perbedaan yang menyatukan kita,
      kenapa harus sedih..,??

      Delete

Post a Comment

Web blog ini menerima semua comment, critic, caci maki, umpatan, bahkan penghina`an.
Karena kebebasan berpendapat juga telah di atur dalam undang-undang.