Udah lama ngga nulis cerpen. Agak kangen sich, meski udah beberapa kali nyoba tapi tetep aja ga bisa nerusin kalo udah menyentuh paragraph kedua. Mungkin karena kenikmatan dunia imajinasi sudah menguap jauh terbakar indahnya kenyataan hidup berumah tangga. Memiliki seorang istri dan buah hati adalah imajinasi yang tiada pernah berhenti.
Ketika dulu cuman bisa berangan bagaimana nikmatnya bercinta, kini tak perlu lagi membayangkan sambil bawa sabun ke kamar mandi. Ketika dulu cuman bisa berhayal menggendong bayi kecil nan imut, kini lahir dalam bentuk nyata yang lebih indah dari yang pernah bisa dibayangkan sebelumnya. Kalau dulu biasa ngayal nikmatin kopi sama gorengan ditemani cewe cantik, kini bisa ngobrol berjam-jam dengan tidak hanya satu gadis, tapi oleh dua cewek cakep yang tiada tandingannya.
"Nikmat manalagi yang kau dustakan?!"
Oh, maaf bagi yang jomblo, mungkin tulisan di atas agak sedikit mengganggu ya? Tapi tak apa, biar mereka yang belum mendapat pasangan segera membuang jauh keraguan. Karena setiap dari kita pasti punya ketakutan. Bahkan untuk yang sudah memiliki pasangan, pun rasanya juga tidak mudah untuk meyakinkan diri ketika ingin mengikat hubungan. Menikah!
Banyak yang bilang, menikah tidak jauh lebih indah dari penjara. Memang benar! Benar-benar kasihan orang yang sudah menciptakan penjara, ruang-ruang sempit dalam otak mereka. Tapi saya tak mau membahasnya, saya di sini hanya ingin berbagi cerita, cerita seru yang saya dapatkan dari orang yang tidak pernah saya duga mampu berbicara sebegitu indahnya.
Suatu hari ketika saya masih bekerja sebagai admin gudang perusahaan retail di surabaya, ketika istirahat makan siang driver saya datang mengambil tempat duduk di depan saya. Di sebuah warung kopi di samping taman kota Surabaya entah kenapa akhirnya saya curhat akan kekhawatiran saya karena tidak memiliki uang yang cukup untuk menikah.
"Mau dikasih makan apa istri dan anak saya?" keluh saya waktu itu. "Sementara gaji pasti habis di akhir bulan, bahkan bisa satu minggu sebelum gajian" ucap saya sambil membakar ujung kretek.
"Yang begitu itu namanya syirik kecil," ucapan sang driver itu langsung membuat saya terbatuk, mungkin karena nikotin dalam kretek yang terlalu banyak saya hisap. "Tidak percaya akan adanya tuhan yang telah mengatur setiap rizki untuk umatnya."
"Tapi tuhan juga ngga ngasih rizki gitu aja, cak" bantah saya cepat. "Manusia di suruh usaha dulu, memprediksi, menghitung, nabung, mempersiapkan rencana dengan matang."
"Boleh saja berfikiran begitu, " ucapnya sambil mengambil gorengan yang masih menumpuk di atas meja warkop. "Tapi kalo kelamaan dibolak-balik, gak cepet-cepet diangkat juga nantinya malah gosong." bantahnya dengan pisang goreng yang masih menyumpal di dalam mulutnya. "Amsyong!" tambahnya.
"Sekarang aku tanya," kali ini wajahnya terlihat serius. "Sebagai bujangan yang tak banyak pengeluaran, berapa uang yang ada di tabunganmu?"
"Gimana mau nabung. Lha wong sebelum gajian udah habis lagi buat bayar hutang di warung."
"Nah!" mulutnya menyambar cepat. "Sekarang aku tanya, kenapa gajiku yang lebih kecil dari kamu bisa menghidupi istri dan ketiga anak ku?"
"Simpenan ne yo melok di itung, rek?" seloroh si penjaga warkop.
"Tambah simpenanku dua"
"Soale sampean nekat!" jawabku asal.
"Soale aku percaya sama tuhan!" tambah sang Driver semangat. "Setiap anak yang lahir itu, tuhan sudah menitipkan rizkinya melalui aku atau mungkin istriku. Aku juga tak pernah ingat dari mana datangnya rizki itu. Tapi aku percaya!"
Bahkan, dari mulut seorang driver yang seringnya bau alkohol, yang hampir seminggu sekali datang ke dolly, nglencer ke moro seneng. Pun bisa keluar kata-kata bagai malaikat yang membimbing keyakinanku. Belum pernah aku bisa yakin secepat itu. Tanpa membantah dalam hati, aku menerima semua pemikirannya begitu saja. Mungkin ada benarnya, bahwa malaikat bisa datang dari orang-orang yang tak terduga. Dan setelah menjalaninya, aku baru percaya. Entah kenapa, mungkin Muhammad juga ada benarnya. Bahwa menikah telah menyempurnakan setengah dari iman seorang muslim.
Ah, ini kalau dilanjutkan bisa jadi aku berubah profesi jadi Da'i atau penceramah agama seperti di sinetron kejar tayang itu.
Saya kira cukup sekian, eman kalo malem minggu harus ngeblog sementara anak istri udah tidur duluan butuh pelukan dari suami dan ayah ganteng mereka. Haha..
Ketika dulu cuman bisa berangan bagaimana nikmatnya bercinta, kini tak perlu lagi membayangkan sambil bawa sabun ke kamar mandi. Ketika dulu cuman bisa berhayal menggendong bayi kecil nan imut, kini lahir dalam bentuk nyata yang lebih indah dari yang pernah bisa dibayangkan sebelumnya. Kalau dulu biasa ngayal nikmatin kopi sama gorengan ditemani cewe cantik, kini bisa ngobrol berjam-jam dengan tidak hanya satu gadis, tapi oleh dua cewek cakep yang tiada tandingannya.
"Nikmat manalagi yang kau dustakan?!"
Oh, maaf bagi yang jomblo, mungkin tulisan di atas agak sedikit mengganggu ya? Tapi tak apa, biar mereka yang belum mendapat pasangan segera membuang jauh keraguan. Karena setiap dari kita pasti punya ketakutan. Bahkan untuk yang sudah memiliki pasangan, pun rasanya juga tidak mudah untuk meyakinkan diri ketika ingin mengikat hubungan. Menikah!
Banyak yang bilang, menikah tidak jauh lebih indah dari penjara. Memang benar! Benar-benar kasihan orang yang sudah menciptakan penjara, ruang-ruang sempit dalam otak mereka. Tapi saya tak mau membahasnya, saya di sini hanya ingin berbagi cerita, cerita seru yang saya dapatkan dari orang yang tidak pernah saya duga mampu berbicara sebegitu indahnya.
Suatu hari ketika saya masih bekerja sebagai admin gudang perusahaan retail di surabaya, ketika istirahat makan siang driver saya datang mengambil tempat duduk di depan saya. Di sebuah warung kopi di samping taman kota Surabaya entah kenapa akhirnya saya curhat akan kekhawatiran saya karena tidak memiliki uang yang cukup untuk menikah.
"Mau dikasih makan apa istri dan anak saya?" keluh saya waktu itu. "Sementara gaji pasti habis di akhir bulan, bahkan bisa satu minggu sebelum gajian" ucap saya sambil membakar ujung kretek.
"Yang begitu itu namanya syirik kecil," ucapan sang driver itu langsung membuat saya terbatuk, mungkin karena nikotin dalam kretek yang terlalu banyak saya hisap. "Tidak percaya akan adanya tuhan yang telah mengatur setiap rizki untuk umatnya."
"Tapi tuhan juga ngga ngasih rizki gitu aja, cak" bantah saya cepat. "Manusia di suruh usaha dulu, memprediksi, menghitung, nabung, mempersiapkan rencana dengan matang."
"Boleh saja berfikiran begitu, " ucapnya sambil mengambil gorengan yang masih menumpuk di atas meja warkop. "Tapi kalo kelamaan dibolak-balik, gak cepet-cepet diangkat juga nantinya malah gosong." bantahnya dengan pisang goreng yang masih menyumpal di dalam mulutnya. "Amsyong!" tambahnya.
"Sekarang aku tanya," kali ini wajahnya terlihat serius. "Sebagai bujangan yang tak banyak pengeluaran, berapa uang yang ada di tabunganmu?"
"Gimana mau nabung. Lha wong sebelum gajian udah habis lagi buat bayar hutang di warung."
"Nah!" mulutnya menyambar cepat. "Sekarang aku tanya, kenapa gajiku yang lebih kecil dari kamu bisa menghidupi istri dan ketiga anak ku?"
"Simpenan ne yo melok di itung, rek?" seloroh si penjaga warkop.
"Tambah simpenanku dua"
"Soale sampean nekat!" jawabku asal.
"Soale aku percaya sama tuhan!" tambah sang Driver semangat. "Setiap anak yang lahir itu, tuhan sudah menitipkan rizkinya melalui aku atau mungkin istriku. Aku juga tak pernah ingat dari mana datangnya rizki itu. Tapi aku percaya!"
Bahkan, dari mulut seorang driver yang seringnya bau alkohol, yang hampir seminggu sekali datang ke dolly, nglencer ke moro seneng. Pun bisa keluar kata-kata bagai malaikat yang membimbing keyakinanku. Belum pernah aku bisa yakin secepat itu. Tanpa membantah dalam hati, aku menerima semua pemikirannya begitu saja. Mungkin ada benarnya, bahwa malaikat bisa datang dari orang-orang yang tak terduga. Dan setelah menjalaninya, aku baru percaya. Entah kenapa, mungkin Muhammad juga ada benarnya. Bahwa menikah telah menyempurnakan setengah dari iman seorang muslim.
Ah, ini kalau dilanjutkan bisa jadi aku berubah profesi jadi Da'i atau penceramah agama seperti di sinetron kejar tayang itu.
Saya kira cukup sekian, eman kalo malem minggu harus ngeblog sementara anak istri udah tidur duluan butuh pelukan dari suami dan ayah ganteng mereka. Haha..
kalo cerita saru ada gak, om...?
ReplyDelete*sampluk panci
banyak oms kalo cerita-cerita saru mah...,
Deletemau? wkwkwk...,,