nanti sajalah

Pada suatu saat, ketika aku ingin menikmati dunia`ku sendiri, aku tak akan melihatmu sebagai teman, sodara, atau keluarga. Hanya sebagai manusia lain yang memiliki kepentingan2 atas diriku dengan memohon pertolonganku. Maka aku akan berlalu dari muka penuh pengharapan atas semua yang tidak dapat kulakukan.

Tentu, aku bisa saja menjadi seperti itu. menjadi teramat egois dengan semua yang ku punya, meski sebenarnya aku tidak memiliki apapun.

Terkadang sangatlah menyebalkan menjumpai mereka yang hanya datang saat mereka membutuhkanku, dan setelah keinginan mereka terpenuhi, mereka akan secepat kilat berlari. Manusiawi, bahwa memang kebanyakan orang seperti itu, munkin aku juga bagian dari manusia2 itu.

Tapi apalah daya ketika mereka memohon dengan sangat, ditambah hiperbola raut muka setengah menangis dihadapanku, membuatku tak berdaya untuk mengatkan tidak, lalu dengan senang hati kubantu hingga kemudian kuperoleh senyum bahagia di wajah mereka. Meski sebenarnya aku tak sebegitu tahu ketulusan senyum itu.

Sampai pada akhirnya, aku akan mengerti bahwa tidak ada ketulusan atau pun penghormatan. Yang ada hanyalah kepentingan2 kondisional yang menempatkan mereka di hadapanku. Maka jika suatu kali kepentingan mereka berbenturan dengan egoisme`ku, ketika mereka memohon pertolongan yang juga berbenturan dengan kepentinganku, aku akan segera menjawab,

"nanti sajalah"

Comments