Seorang gadis kecil melankah pelan melewati pintu depan, antara bimbang dan malu meneruskan lankah memasuki rumah yang baru pertama kali ia kunjungi. Seperti kebanyakan sikap balita yang baru pertama kali berkunjung ke ruma orang, jika bukan karena ajakan ayah dan rayuan tante cantik, si empunya rumah, ia pasti belum bergerak dari tempatnya berdiri. Hingga ia kini telah berada di ruang tengah, dengan sambutan dari spongebob yang mengajaknya bermain dari dalam televisi berukuran lebar. Sedangkan meja lebar di depan televisi telah menyediakan berbagai hidangan menggiurkan seperti donat, permen, dan snack² gurih yang seringkali membuatnya dimarahi ibu jika ia ketahuan memakan salah satu dari mereka. Tapi tidak kali ini, ia bisa menikmati makanan itu tanpa rasa takut dimarahi ibu. Karena ibu tak ikut berkunjung ke rumah tante, tante cantik yang baru dikenalnya.
Meski gadis kecil merasa canggung bersama wanita selain ibunya, tapi ia masih dapat menyembunyikan rasa takutnya. Kebaikan sang tante cantik telah merobohkan pertahanan dirinya untuk menolak semua hidangan yang tersedia di atas meja. Seketika, ia telah duduk memegang sebuah donat di tangan kanannya, matanya tak lepas dari sihir layar flat ukuran 30" yang memutar DVD Spongebob berdurasi lebih dari 2 jam.
Gadis kecil itu sangat gembira dengan semua hal yang tengah memanjakannya. Bahkan, ia tak peduli dengan bisikan sang ayah yang meminta izin untuk berbicara berdua dengan tante cantik di dalam kamar. Sang ayah juga berpesan untuk tidak mengganggu pembicaraan penting dengan sang tante. Sebagai konskuensinya, dia bisa menggunakan segala fasilitas di rumah itu. Menikmati segala makanan yang ada di dapur atau mengambil semua yang ada di kulkas. Hingga akhirnya sang gadis mengangguk sebagai tanda setuju, sebuah kesanggupan untuk melaksanakan perintah yang baginya teramat mudah.
Dan, benar saja. Gadis kecil itu teramat pintar dengan mematuhi semua pesan dari ayahnya, dia benar² tidak mengganggu pembicaraan ayahnya dengan sang tante. Teramat patuh dan tidak menaruh curiga ketika ia mendengar tawa² kecil dari dalam kamar. Juga teramat lugu karena tak tahu arti desah nafsu yang terdengar dari kamar itu. Atau munkin karena ia memang tak tahu arti skenario perselingkuhan yang dilakukan oleh ayahnya.
Tapi saat gadis kecil itu telah tumbuh bersama memory 'pembicaraan di dalam sebuah kamar' yang tertanam di dalam otaknya selama lebih dari 10 tahun terakhir. Kini ia telah mengerti apa yang dilakukan ayahnya bukan hanya sebuah pembicaraan, melainkan pergulatan nafsu menjijikkan antara iblis lelaki bangsat bersama bidadari binal pengumbar nafsu. Hal yang membuatnya muak setiap mengingat kejadian itu, teringat betapa bodohnya ia telah terpedaya dengan tipuan lawas berujud Spongebob bodoh dan makanan murahan yang telah menutup telinganya kala itu.
Maka ia bersumpah tak akan tertipu lagi ketika untuk kedua kalinya sang ayah mengajaknya ke rumah yang sama untuk menemui tante yang masih terlihat cantik. Untuk kedua kalinya pula ia di suap dengan makanan lezat meski tak ada lagi Spongebob yang bermain di dalam televisi layar datar itu. Juga untuk hal yang sama, sang ayah masih berpesan untuk tidak mengganggu pembicaraan mereka di dalam kamar. Pembicaraan yang berubah menjadi tawa² kecil hingga berakhir menjadi desahan nafsu menjijikkan seperti sepuluh tahun yang lalu. Seolah kedua iblis penghuni kamar itu tak menghiraukan sepasang telinga yang mampu menangkap suara mereka.
Hingga si empunya telinga di luar kamar menjadi setengah gila dipaksa mendengar suara² menjijikkan itu. Membuatnya setengah sadar bankit dari kursi dan berjalan ke dapur mencari sebilah pisau. Seperti kesetanan ia mendobrak pintu dan membantai kedua iblis yang masih dalam keadaan telanjang. Menghujani tusukan seperti riag harimau mencabik mangsanya, dan mengakhiri pesta dengan sayatan dileher seperti upacara pengorbanan suku pedalaman.
Sang gadis keluar kamar dengan senyum puas, seolah mendapat pengobatan atas luka yang selama ini menjadi tumor dalam hatinya.
♣ sin fallen ♣
Malam telah sebegitu larut ketika aku baru saja menyelesaikan salah satu cerita pendek yang tersimpan di draft blogger`ku. Dengan tanpa membaca ulang, langsung kutekan tombol 'Publish Post' karena mataku sudah tak kuat menahan kantuk. Tapi niatan untuk tidur seketika hilang ketika kulihat masih banyak kotoran yang berserakan di atas ranjang. Sepertinya, harus ada harga yang harus kubayar untuk mendapat kualitas tidur yang layak.
"Ayahmu kenapa masih belum pulang juga, ya?" ibu mengagetkanku dengan kemunculannya dari balik pintu.
"Munkin lagi sama selinkuhannya," jawabku asal sambil memasukkan baju dan pisau penuh darah kedalam sebuah plastik hitam, lalu membuangnya ke tempat sampah.
♣ -end ♣
Soerabaya, awal Agustus 2009.
escape from the ordinary...
bloody girl, image by Personal collection of r1d0_aja
pancene r1d0 iku pinter nek dikongkon gawe seng koyk ngene
ReplyDelete:)
mantab bro!!!
:)
sumpah.....
ReplyDeleteaku suka banget sama crita mu ini do....;;)
@ Ibnu:
ReplyDeletenggawe opo, nu..?? biasa aja kok..,, tapi makasih dah mo baca...,, :D
@ Sugenk:
ra perlu nganggo sumpah² barang, genk..,, :P suwon, yo...,, :-*