Pilihanku untuk diam
Setiap hari bertemu orang berbeda dengan berbagai karakter menyertainya, menjalani aktifitas dengan bermacam situasi. Menyadarkanku bagaimana harus bersikap terhadap mereka dalam setiap kesempatan, mereka adalah manusia lain yang juga mempunyai emosi. Emosi hati yang merubahnya menjadi luapan kemarahan menyebalkan. Ya, satu kata marah!
Menjadi bagian kemarahan dengan banyak kata umpatan keluar bukan menjadi ciriku meluapkan emosi. Aku lebih suka diam, karna menjadi marah dan menyakiti orang lain dengan kata² memuakkan itu sungguh tak mengenakkan. Karna aku tahu melihat orang lain marah dengan suara keras itu sungguh sangat menyebalkan, maka aku memilih diam.
Ada teman yang bilang rasi bintang aquarius mendasari sifatku seperti itu, sterotipe bodoh yg meletakkan bintang sebagai alasan pembenaran. Aku tak setuju dengannya, karna karakter ini terbentuk dari keluarga yang malas untuk kuceritakan. Biarlah aku menjadi seperti ini saja, tidak menjadi bagian dari mereka yang suka mengumbar kata.
Ketika diam memberi ruang untuk berfikir jernih bagiku akan lebih baik karna mampu menilai kebenaran. Menjadi legowo kalau emang aku salah dan meminta maaf, atau membiarkan orang yang tak sepaham itu mengoceh semaunya sendiri karna memang tak sependapat denganku. Membiarkannya berlalu, itu saja.
Seperti saat ini ketika kemarahan itu meluap dan menjadikan tulisanku mengalir begitu saja. Akan ada energi baik yang bisa kugunakan daripada memaksakan pendapatku diterima oleh orang lain.
Suck!
x(
ReplyDeleteitu ikon emosi kan ;))
x(
ReplyDeleteitu ikon emosi kan ;))
satu kata roro..SABAR..:)
ReplyDeletegampang di ucap tapi susah buat di laksanakan..
tapi setidaknya kita harus berusaha...
@ eko: ;) iup, bener ntu ko... :))
ReplyDelete@ ratna: begitulah na....
biarlah berjalan apa adanya... :D