Tabir Takbir


اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ لا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ اللهُ اَكْبَرُ وَللهِ اْلحَمْدُ



Masih terdengar ramai gema takbir dari masjid kampus, tapi warnet sepi malam ini. Mungkin karna liburan panjang sedari sabtu hingga selasa esok, orang² lebih memilih pulang ke kampung halaman masing². Termasuk semua cafe crew yang sedari tadi pagi telah menghilang, dan terpaksa malam ini aku membuat kopiku sendiri.

Kopi dan rokok, seperti biasa aku hanya berteman mereka ketika menikmati sunyi. Sepi malam yang selalu kurindu ketika angin membelai kulit di emperan rumahku di Boyolali. Musim penghujan ini, udara surabaya semakin mengingatkanku pada malam yang sama ketika berada di sana.

sin fallen

Malam ini, di sebuah desa kecil di Boyolali. Lima anak kecil tengah berjalan menyusuri jalan sepi tanpa penerangan yang berarti. Mereka berjalan cepat, bukan karna rasa takut bertemu hantu atau setan dan sebagainya, tapi karna malam ini akan di selenggarakan takbir keliling oleh remaja masjid di kampung. Mereka tak ingin melewatkan momen yang hanya terjadi 2 kali dalam satu tahun ini.

"Hei, sopo kae?!" [hei, siapa itu?] bentak Saipul, salah satu dari mereka yang memakai kopyah putih. Seketika semua berhenti, lima kepala kecil tadi segera menoleh searah dengan telunjuk Saiful yang mengarah pada rimbun pohon bambu.
"Ndhi tho, Pul?" [mana sih, Pul?] Sumasno, paling tua dan jangkung berbisik pelan.
"Kae lho, mbah² seng ngadek nang ngisor papringan!" [itu lho, mbah yang berdiri di bawah pohon² bambu!] ucap Saiful lagi.
"Ra enek sopo² ngono lho?" [Ngga ada siapa² gitu kok] Chandra, yang paling muda ikut bicara. Tangannya segera meraih celana Fuad, kakaknya, agar ikut berkomentar.
"Iyo, ra enek sopo² ngono lho, Mas ipul ki mesti ngapusi." [iya, ngga ada siapa² gitu lho. Mas ipul ini pasti boonk.] Fuad angkat bicara, sambil menarik celana yang melorot karna ditarik sang adik.
"Mbuh wis, ayo ndang cepet nang mesjid. Selak ditinggal seng liane lho." [mbuh ach, ayo cepetan ke mesjid. Keburu di tinggal yang laen lho] usul sigit, paling kecil dan kerempeng diantara mereka. Mengajak yang lain segera menuju masjid agar tidak ketinggalan acara takbiran.
"Sek tho, mosok ra do ndelok? Mbahe ndeloki awake dewe kae." [Ntar dulu, masa ngga pada liat? Mbah itu nglitain kita kok.]

Seketika Saiful mengeluarkan korek lalu membakar obor yang sedari tadi di genggamnya. Setelah ujungnya terbakar, Saiful berjalan pelan mendekati lelaki tua tadi. Sumasno, Fuad, Candra, dan Sigit melihat dari belakang. Memperhatikan langkah Saiful yang semakin dekat dengan pohon bambu yang tumbuh di pinggir jalan itu. Kesemuanya heran kenapa Saiful begitu yakin melihat orang tua yang tak di lihat oleh mereka.

Saiful semakin yakin karna orang tua tadi semakin jelas terlihat, tersenyum dengan jenggot panjang berwarna putih. Dia heran karna tak pernah melihat mbah kakung ini di kampung. Saiful hanya ingin bertanya siapa namanya, tapi alangkah terkejutnya dia ketika angin meniup obor hingga mati, wajah mbah tadi tiba² berada tepat di depan muka Saiful. Dengan mata yang putih bersih, dan wajah pucat. Kemudian menghilang begitu saja.

"Setaaaaaaann...!!"

Lima anak tadi lari tunggang langgang menuju masjid, dengan Saiful berada paling depan diantara mereka.

sin fallen

Cangkir kopi kuletakkan di depan monitor, ditemani asbak bersebelahan dengannya. Tak terasa tetes terakhir membuat ampasnya ikut masuk ke dalam mulutku. Tak terasa pula malam mulai beranjak pagi, subuh telah menyapa dengan adzan berkumandang.

"Ah, aku harus bersiap ke mesjid." fikirku.

Terakhir kalinya aku ingin memastikan semua laporan terselesaikan, menghitung uang di dalam laci mulai dari lembaran hingga receh yang terkumpul dalam wadah² kecil. Sempat kaget waktu denger ada sms bertepatan saat aku mengambil lembaran uang yang menutupi hapeku.

"Ra muleh to pul? iki cah² do nekokno kapan arep takbiran meneh?" canda seorang teman yang mengingatkanku pada masa kecil kami.




-end

Desember 7, 2008.
Selamat hari raya Idul Adha 1429 H,
bagi anda yang merayakan.

Semoga... .





takbiran 2, image by sapijepret.deviantart.com

Comments

  1. masa kecil yang menyenangkan....

    ReplyDelete
  2. Begitulah.. :D

    Anak² kecil yang lugu... :">

    ReplyDelete
  3. emmm..........
    aku ko' Lua yaw ...
    nie yg mn sich ...???



    padahaL ku kan pemeran uTama ...
    hwa ha ha ha ...

    ReplyDelete

Post a Comment

Web blog ini menerima semua comment, critic, caci maki, umpatan, bahkan penghina`an.
Karena kebebasan berpendapat juga telah di atur dalam undang-undang.