ocehan pagi hari


Chapter One

Entah bagaimana rasa rindu menyandu batang tembakau menyerang lagi, addicted ato gak, sepertinya bukan menjadi masalah besar. Masalahnya adalah cara menikmati waktu yg tersisa, juga sakit dan sesak didalam dada ketika suatu hari nanti menyerangku. Ketika nikotin, istilah pemberian para dokter untuk racun yang setiap hari kuhisap, sedikit demi sedikit menggerogoti paru-paru. Bahwa sebenarnya aku tidak tahu akan hal itu, tentang penyakit yang sering mereka bicarakan. Merokok atau tidak, itu pilihanku. Tatkala suatu saat tubuhku terbaring lemah dirumah sakit karena mereka pasti memaksaku, itu urusan lalu. Bahwa ini konskuensinya, dan aku akan sangat menikmatinya.

Ini bukan suatu ajakan, atau sebuah protes kepada mereka yang membenci tembakau seantero dunia. Silahkan jika anda membenci saia juga, karna di sini kita bicara masalah hak untuk hidup secara layak. Yang bagi saya, layak karena saya ingin menikmati hidup dengan cara saya sendiri. Karna ini adalah sebuah pilihan, dan hidup selalu berbicara tentang pilihan.

Seperti beberapa orang memilih menikmati hidup dengan banyak berolah raga, sarapan di pagi hari, melakukan hal yang sama berulang kali dan menyebutnya sebagai rutinitas. Hidup dengan perencanaan dan mengkotak-kotakannya sesuai tatanan hidup manusia kebanyakan. Mementingkan kebutuhan yang paling utama dan menunda aktifitas yang kiranya bukan dalam kriteria penting. Management waktu, begitu kata seorang guru.

Kiranya apa yang menjadi prioritas utama saat ini adalah... mm... entahlah, smua seolah tak dapat dimasukkan bagian terpenting. Dan pemikiran ini adalah hal yang paling di benci olehnya, cewe cerewet yang selalu mendebat omonganku. Cewe cerdas dengan pengakuan yang terbalik ketika terucap dari mulutnya, aku merindukannya.

Melebihi rindu candu pada dji sam soe kretek dan nikotin yang menyakitiku, ini lebih menyiksaku. Entah bagaimana menceritkannya, dan aku tak tahu ini adalah penjabaran makna beep. [aku sangat benci menyebut kata cin**]

Ah, sudahlah... kiranya aku mengoceh terlalu lama. Sedangkan setengah batang sam soe telah menjadi abu, dan cangkir kopi itu tengah menggodaku.

Comments

  1. waduuuh.. jangan deh...
    kalo kangen sama rokok bisa abis lagi itu duit

    piss

    ReplyDelete
  2. hehe, memang disitulah kiranya faktor terbesar yg masih dipikirkan.

    tapi ga papalah, duit ga ada seberapanya. mending nikmatin hiduplah.. haha..

    makasih mas anton...

    ReplyDelete

Post a Comment

Web blog ini menerima semua comment, critic, caci maki, umpatan, bahkan penghina`an.
Karena kebebasan berpendapat juga telah di atur dalam undang-undang.