kenapa lagi

dear elly,


Q tau kamu ga akan suka ini, ketika aku menulis kata lagi untukmu di sini. Tapi, terserahlah, q juga da ga tau berapa kali harus menulis kata untuk menggambarkan semuanya. Tentang perasaanku, tentang apa yang sering kita sebut dengan hubungan.

Baiklah jika kamu marah-marah lagi, dan berawal dari sesuatu yang teramat sepele. Masalah kuliahku dan intensitas untuk terus mengikutinya. Ok, emang bener kalo q jarang masuk kuliah lagi, tapi bukannya tidak ada kemauan. Pun dengan biaya yang kau perdebatkan itu, aku sungguh tak mau membahasnya. Karna apa, karna sebenarnya aku udah punya tabungan untuk itu smua. Yah, meskipun kebanyakan jumlahnya dari mba ti. Than what? Kenapa juga q harus mengikuti kemauan birokrasi dan menjilat para dosen hanya untuk beasiswa yang sebenernya memang sudah menjadi hakku. Kenapa harus minta ke mereka? Baiklah jika kau kira q terlalu sombong, thats fine. Tapi aku tidak mau seperti itu. Bukan masalah harga diri, atau segala tetek bengek soal prinsip. Tapi karna aku malas, malas ngeladeni orang-orang birokarsi macem mereka.

Yang aku tidak habis pikir, kenapa barusan kita bahas soal ini. Dan mudah sekali emosi itu muncul dari batok kepalamu. Aku mencoba bersabar, mendengar smua yang kau ucapkan. Tapi, kenapa harus dibahas ketika aku baru saja membuka mata dalam keadaan lapar. Itu yang menjadi awal kenapa aku marah, maksudku tak ingin membahas. Maka aku ingin mengisi perutku dulu dan membicarakannya dengan enak. Tapi kesalahanku malah membuatmu semakin marah. Dan ketika aku ingin mendinginkan susana tetep aja ga bisa, kau masih saja bergelut dengan emosimu. Dan pergi begitu saja tanpa sempat kita duduk manis, dan berhenti memberesi barang-barangmu itu.

Ah, harusnya semua lebih mudah. Dengan kepala dingin dan omongan yang lebih enak.

Comments