rewind

Surabaya dini hari. Udara begitu dingin, tak seperti hari sebelumnya ketika aku harus mengawali aktifitasku menjadi operator warnet dengan menyalakan kipas angin terlebih dahulu. Tapi tidak malam ini, aku langsung mematikan baling yang berputar itu sebelum duduk di singgasana ku, kursi operator itu.

sin fallen

Dua tahun yang lalu aku pernah berfikir untuk tidak akan menjalani profesi sebagai operator warnet lagi ketika aku diterima bekerja di bagian gudang sebuah perusahaan retail di Surabaya selatan. Aku sempat mengutuk pekerjaan yang telah membuat studiku tersendat selama 2 semester, tapi betapa bodohnya ketika sadar bahwa harusnya aku mengutuk diriku sendiri. Hah ha...,, Bodohnya orang yang hanya bisa mencari kabing hitam. Bukankah aku yang memiliki kekuasaan penuh atas apa yang terjadi pada langkah dan jalan yang ku pilih..?? Ah, sudahlah. Penyeselan adalah untuk mereka yang ingin berjalan di tempat.

Jadi sekarang aku duduk di sini. Kursi yang sama ketika dua tahun yang lalu aku telah meninggalkannya. Dengan masih belum banyak perubahan yang terjadi pada diriku. Itu saja. Kemudian aku menemukan komunitas yang mungkin bisa membantu untuk membentuk ku menjadi manusia, atau malah menjadi orang gila. Itu saja.

"Jadi apa masalahmu...??" tanya seorang teman yang telah mengambil kursi di sebelahku.
"Ha...??" jawabku sambil memperhatikan raut wajahnya. "Sejak kapan belajar jadi psycholog...??" tanyaku balik.
"Katanya habis di PHK, kenapa?" ah, mencoba basa-basi ni orang. Padahal rumor telah tersebar di antara komunitas tanpa aku pernah menjelaskan kenapa aku dikeluarkan.
"Ah, biarlah berlalu masalah itu. Yang terpenting sekarang khan, aku kerja di sini lagi?" jawabku klise.
"Kok mau, kerja di sini lagi..?? kan tau model managermu itu kaya apa?"
"Yang jelas, aku tidak tahu model tuhan mengatur takdirku"
"Loh, sudah punya tuhan lagi, tho...??" tanya dia mengejek. Sambil berlalu ia tertawa puas dengan bahagianya. Ya, bahagia seperti itu yang sedang kucari, seperti tanpa beban menjalani hidup meski terkadang bahagia mereka masih menjadi sebuah misteri.

Beberapa teman, yang terkadang membuatku berfikir tentang arti kehidupan yang terkadang masih sulit untuk di terjemahkan. Meski keadaan mereka memprihatinkan, hidup dan bekerja serabutan. Mengambil semua kesempatan kecil yang datang dari teman lainnya, hasil yang seringnya tak menentu itu. Tapi mereka masih bisa menikmati waktu dengan aktifitas yang tak menentu. Pancaran yang menyilaukan, bahkan terlalu gemerlap dari apa yang bisa kulihat pada wajah kusam mereka. Apakah mungkin tuhan ikut ambil bagian dalam pencitraan kebahagiaan itu? atau memang Dia, memiliki cara misterius lainnya dalam penciptaan kehidupan manusia nya?

Ah, yang terpenting adalah tuhan tidaklah mungkin membirakanku mengulangi kesalahan yang sama untuk kedua kalinya. Mungkin Dia sedang menyuruhku beristirahat, mengenal dan menganalisa sejenak. Tujuan apa yang sedang ia persiapkan untuk ku berlanjut di kemudian harinya.

entahlah.

-end



tuhan, meski engkau masih menjadi misteri
akan kucoba untuk memahami
Soerabaya, penghujung ramadhan

Comments