bapak

Ebiet song
quote: r1d0ajaDi matamu masih tersimpan
Selaksa peristiwa
Benturan dan hempasan terpahat
Di keningmu
quote: r1d0aja

r1d0aja – Lagu itu begitu sejuk menyapa tiap kali membelai gendang telinga. Ada jutaan rindu terpendam, untuk lelaki tua dengan sorot mata teduh pada sudut yang tampak keriput.

Sebenarnya, saya sangat ingin memeluknya ketika lelaki tua itu tersenyum, menemukan wajah putra satu-satunya di depan pintu keluar stasuin Wonokromo. Namun lalu lintas sore tadi tak mengizinkan saya mematikan motor dan turun sejenak, bahkan untuk mencium tangannya. Tapi ya begitulah bapak saya, selalu saja tak menghiraukan hal sepele macam begitu. "Ayok, jalan."

Ada tangan kasar yang memeluk pinggang ketika roda mulai berputar, nyaman sekali rasanya. Seperti nyaman yang tiap kali saya rasakan ketika dulu pertama kali belajar sepeda. Seperti nyaman yang dulu sempat bapak berikan ketika melepas kepergian saya pertama kali ke surabaya. Seolah kepercayaan dan tanggung jawab ini tak terasa lagi sebagai beban, tapi amanah yang akan terus saya jaga.

Ah, seandainya ada pilihan lebih mudah untuk tetap tinggal di rumah dan menjaganya. Tentu saya tidak akan berkutat dengan aktivitas menjemukan di sini. Bahagia tiap kali menghabiskan malam denganya, bersama dua cangkir kopi dan batang rokok kami. Haha, bapak masih saja membakar rokok tingwe dari rumah. Jadi inget pertama ikutan bikin, tawa yang menggema di emperan rumah karna lintingan saya ga jelas bentuknya. Oh iya, bapak gak pernah marah setelah tau saya merokok. Hanya saja gadis-gadis itu yang selalu protes, karna bertambah satu lagi cerobong asap di dalam rumah. Begitulah bapak saya, lelaki tua dengan pemikiran demokratis atas pilihan anak-anak nya.

Bahkan ketika saya memutuskan untuk meninggalkan rumah 4 tahun yang lalu. Berat, tapi memang harus saya pilih. Bapak begitu semangat mendukung saya, "Jihad ki ra mesti kudu maju perang, perangmu saiki ngindari howo nefsu. Woconen opo sing wis ditulis karo gustialah, ...". Banyak nasehat yang tak mungkin saya tuliskan di sini, tapi saya masih mengingat semua kata-kata itu. Petuah dari guru terbaik yang pernah saya kenal. Dan sejak sore tadi saya kembali mendapat wejangan, pun hingga asbak telah penuh dengan puntung rokok malam ini. Saya sangat menyesal karna tak bisa menemani lebih lama lagi, sepertinya bapak mulai mengerti saya sedang sibuk dengan kerjaan ini. Lagipula, bapak memang harus istirahat karna besok masih harus pergi ke rumah paman. Ngga ada budaya ngalong lagi kek dulu, bahagia kalo bapak bisa tilem lebih awal.

Lelaki tua itu tengah tidur dengan tubuh lelahnya, dan semoga saya masih diberi waktu untuk menjaganya.

Comments